HUBUNGAN FREKUENSI MAKAN (HEWANI) DENGAN STUNTING    ANAK PRASEKOLAH (4-5 TAHUN) DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS SIGERONGAN KABUPATEN LOMBOK BARAT

Authors

  • Wiwik Oktaviana Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Mataram Author
  • Endy Bebasari Ardhana Putri Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Mataram Author
  • Arista Kusuma Wardhani Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Mataram Author
  • Eti Sumiati Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Mataram Author

DOI:

https://doi.org/10.47506/0221q419

Keywords:

eating frequency, toddlers, stunting, animals, children

Abstract

Masalah stunting dipengaruhi oleh rendahnya akses terhadap makanan dalam segi jumlah dan kualitas yang seringkali jenis makanannya tidak beragam. Makanan hewani merupakan sumber makanan utama sebagai penyokong pertumbuhan anak pra-sekolah karena mengandung protein dan zat besi. Pada tahun 2023, kejadian stunting di wilayah kerja puskesmas Sigerongan sejumlah 12%. Angka ini belum memenuhi target kesehatan di Indonesia. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui ada tidaknya hubungan antara frekuensi makan (hewani) dengan stunting pada anak pra sekolah di Wilayah kerja puskesmas Sigerongan, Lombok Barat.

Desain penelitian yang digunakan adalah cross sectional. Sampel penelitian sejumlah 59 anak pra-sekolah (usia 4-5 tahun) dengan metode accidental sampling. Analisis uji statistik menggunakan Uji Chi Square dengan alfa 5%.

Sebagian besar sampel memiliki frekuensi makan hewani yang kurang baik (>50%).  Dari 17 anak yang memiliki frekuensi makan yang baik, tidak ada satu pun yang menderita stunting. 11% dari 59 sampel tersebut mengalami stunting dan memiliki frekuensi makan makanan hewani yang kurang baik bahkan buruk, yaitu kurang dari 2 kali sehari.

Terdapat hubungan yang signifikan antara frekuensi makan (hewani) dengan kejadian stunting pada anak pra-sekolah di wilayah kerja Puskesmas Sigerongan, Lombok Barat (p=0.001). Frekuensi makan hewani yang tepat yaitu 2-3 kali per hari akan mencegah anak pra-sekolah mengalami stunting.

 

 

Downloads

Published

2025-07-30